Tuesday, September 17, 2013

Terima kasih Kerajaan Demak



Terima kasih Kerajaan Demak
Terima kasih Kerajaan Demak ?, kenapa ?, ya, memang sudah sepantasnya kita (terutama penduduk Pulau Jawa) mengucapkan terima kasih kepada Kerajaan Demak dikarenakan jika tidak ada Kerajaan Demak maka kemungkinan besar penduduk Pulau Jawa sekarang bukan penganut agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari peran besar Kerajaan Demak dalam meng-islam-kan penduduk Pulau Jawa. Apabila kita membahas peran Kerajaan Demak dalam penyebaran islam di Indonesia, maka hal tersebut juga tidak akan lepas dari peran para Walisongo yang merupakan aktor dibalik terbentuknya Kerajaan Demak. Karena dari itulah agama Islam di Indonesia mempunyai kekuasaan yang independen, sehingga Islam dapat bertahan dari pengaruh-pengaruh asing dan juga dapat berkembang di Indonesia.
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam (2011: 240-241), Para ahli sejarah pada umumnya mengatakan, bahwa perkembangan islam di Jawa bersamaan waktunya dengan masa melemahnya Kerajaan Majapahit. Keadaan ini memberi peluang kepada para penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat untuk mengangkat Raden Fatah menjadi raja pertama Kerajaan Demak, dan sekaligus kerajaan Islam pertama di Jawa dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama. Dalam menjalankan pemerintahannya ini Raden Fatah dibantu oleh para ulama yang tergabung dalam Wali Songo, terutama dalam hal yang berkaitan dengan urusan agama, dengan berpusat di Demak yang sebelumnya bernama Bintoro yang merupakan daerah Majapahit yang diberikan kepada Raden Fatah. Pemerintahan Raden Fatah ini berlangsung antara akhir abad ke-15 dan awal abad ke 17. Dialah seorang raja Islam anak raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Selanjutnya ia digantikan oleh anaknya, Sabrang Lor yang dikenal dengan nama Pati Unus yang naik takhta usia 17 tahun. Setelah itu ia digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai sultan oleh Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin dan memerintah pada tahun 1524-1546. Pada masa pemerintahannya inilah Islam berkembang pesat ke seluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Demikian pula penaklukan Sunda Kelapa yang berakhir tahun 1527 dan dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhillah Khan. Pada masanya itu pula Majapahit dan Tuban jatuh di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Selanjutnya pada tahun 1529, Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri. Demikian pula daerah Jawa Tengah bagian selatan sekitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka islam, Syekh Siti Jenar dan Sunan Tembayat.
Kerajaan Demak memiliki peranan besar sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa. Kerajaan ini juga banyak di dukung para wali. Para wali tersebut juga berperan besar terhadap penyebaran islam di pulau Jawa.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa tokoh pendukung berdirinya Kerajaan Demak adalah para ulama yaitu Walisongo yang di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta. Peran Walisongo dalam proses islamisasi pulau Jawa sangatlah besar. Walisongo banyak berperan mengajarkan Islam kepada kalangan masyarakat kerajaan, pejabat, maupun rakyat. Melalui peranan Walisongo inilah Islam berkembang dan melembaga di dalam kehidupan masyarakat. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan tinggi dalam ilmu agamanya.Wali adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga berperan sebagai penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa, bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, maka terjalin lah hubungan yang erat antara Raja/Bangsawan, para Wali/Ulama, dan dengan Rakyat. Dari hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di masjid maupun pondok pesantren. Sehingga tercipta kerukunan dan kebersamaan umat islam.
Adapun nama-nama Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran agama Islam di berbagai daerah adalah sebagai berikut; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
Penyebaran agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al Fanhury ( Aceh ).

Selain sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa, Kerajaan Demak juga menjadi pusat pengembangan pendidikan islam yang pada saat itu sudah tersebar ke seluruh bagian pulau Jawa baik Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur. Penyebaran agama Islam dengan pendidikan pada waktu itu melalui langgar, surau/madrasah, maupun pondok pesantren. Madrasah yang tersohor pada waktu itu seperti di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak.
Kerajaan Demak juga berperan sebagai benteng pertahanan Islam terhadap pengaruh-pengaruh asing yang mengancam kelangsungan Islam di Indonesia. Dengan kata lain, dibentuknya Kerajaan Demak didasarkan untuk mempertahankan agama Islam dan mengembangkannya melalui instansi berbentuk kerajaan. Oleh karena itu, Kerajaan Demak selalu gigih dalam mempertahankan agama Islam dan juga selalu gigih untuk menaklukkan raja-raja yang masih non-muslim.
Pada masa pemerintahan Trenggono, Islam berkembang pesat ke seluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Demikian pula penaklukan Sunda Kelapa yang berakhir tahun 1527 dan dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhillah Khan. Pada masanya itu pula Majapahit dan Tuban jatuh di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Selanjutnya pada tahun 1529, Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri. Demikian pula daerah Jawa Tengah bagian selatan sekitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka islam, Syekh Siti Jenar dan Sunan Tembayat.
Dari peristiwa-peristiwa sejarah di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan Demak memiliki peran yang sangat besar. Meskipun hanya dalam waktu sekitar setengah abad, akan tetapi Kerajaan Demak mampu untuk mempertahankan kelangsungan agama Islam dan juga mampu untuk menyebarkan Islam di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Oleh karena itu, setelah mengetahui peran Kerajaan Demak, memang sudah sepantasnya kita berterimakasih kepada Kerajaan Demak dikarenakan jika tidak ada Kerajaan Demak maka kemungkinan besar penduduk Pulau Jawa sekarang bukan penganut agama Islam.

1 comment:

  1. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh


    Walisongo Adalah Utusan Khalifah Utsmaniyah
    https://bogotabb.blogspot.co.id/

    Sri Sultan HB X Ungkap Hubungan Khilafah Utsmaniyah dengan Tanah Jawa :
    https://www.youtube.com/watch?v=L4jwAjgYqVw

    ReplyDelete