Terima kasih Kerajaan Demak
Terima
kasih Kerajaan Demak ?, kenapa ?, ya, memang sudah sepantasnya kita (terutama penduduk
Pulau Jawa) mengucapkan terima kasih kepada Kerajaan Demak dikarenakan jika
tidak ada Kerajaan Demak maka kemungkinan besar penduduk Pulau Jawa sekarang bukan
penganut agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari peran besar Kerajaan
Demak dalam meng-islam-kan penduduk Pulau Jawa. Apabila kita membahas peran
Kerajaan Demak dalam penyebaran islam di Indonesia, maka hal tersebut juga
tidak akan lepas dari peran para Walisongo yang merupakan aktor dibalik
terbentuknya Kerajaan Demak. Karena dari itulah agama Islam di Indonesia
mempunyai kekuasaan yang independen, sehingga Islam dapat bertahan dari
pengaruh-pengaruh asing dan juga dapat berkembang di Indonesia.
Menurut
Abuddin Nata dalam bukunya Sejarah
Pendidikan Islam (2011: 240-241), Para ahli sejarah pada umumnya mengatakan,
bahwa perkembangan islam di Jawa bersamaan waktunya dengan masa melemahnya
Kerajaan Majapahit. Keadaan ini memberi peluang kepada para penguasa Islam di
pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah
pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat untuk mengangkat Raden Fatah
menjadi raja pertama Kerajaan Demak, dan sekaligus kerajaan Islam pertama di
Jawa dengan gelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama. Dalam menjalankan
pemerintahannya ini Raden Fatah dibantu oleh para ulama yang tergabung dalam
Wali Songo, terutama dalam hal yang berkaitan dengan urusan agama, dengan
berpusat di Demak yang sebelumnya bernama Bintoro yang merupakan daerah
Majapahit yang diberikan kepada Raden Fatah. Pemerintahan Raden Fatah ini
berlangsung antara akhir abad ke-15 dan awal abad ke 17. Dialah seorang raja
Islam anak raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Selanjutnya
ia digantikan oleh anaknya, Sabrang Lor yang dikenal dengan nama Pati Unus yang
naik takhta usia 17 tahun. Setelah itu ia digantikan oleh Trenggono yang
dilantik sebagai sultan oleh Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin
dan memerintah pada tahun 1524-1546. Pada masa pemerintahannya inilah Islam
berkembang pesat ke seluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan.
Demikian pula penaklukan Sunda Kelapa yang berakhir tahun 1527 dan dilakukan
oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhillah Khan. Pada
masanya itu pula Majapahit dan Tuban jatuh di bawah kekuasaan Kerajaan Demak.
Selanjutnya pada tahun 1529, Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530),
Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri.
Demikian pula daerah Jawa Tengah bagian selatan sekitar Gunung Merapi,
Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka islam, Syekh Siti Jenar
dan Sunan Tembayat.
Kerajaan
Demak memiliki peranan besar sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa. Kerajaan
ini juga banyak di dukung para wali. Para wali tersebut juga berperan besar
terhadap penyebaran islam di pulau Jawa.
Seperti
yang dijelaskan di atas, bahwa tokoh pendukung berdirinya Kerajaan Demak adalah
para ulama yaitu Walisongo yang di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta. Peran
Walisongo dalam proses islamisasi pulau Jawa sangatlah besar. Walisongo banyak berperan
mengajarkan Islam kepada kalangan masyarakat kerajaan, pejabat, maupun rakyat. Melalui
peranan Walisongo inilah Islam berkembang dan melembaga di dalam kehidupan
masyarakat. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan tinggi
dalam ilmu agamanya.Wali adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan
yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga
berperan sebagai penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa,
bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, maka
terjalin lah hubungan yang erat antara Raja/Bangsawan, para Wali/Ulama, dan
dengan Rakyat. Dari hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan
masyarakat yang diselenggarakan di masjid maupun pondok pesantren. Sehingga
tercipta kerukunan dan kebersamaan umat islam.
Adapun
nama-nama Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran agama Islam di
berbagai daerah adalah sebagai berikut; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,
Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Muria dan Sunan Gunung Jati.
Penyebaran
agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para
ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh Yusuf
(Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul
Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al
Fanhury ( Aceh ).
Selain
sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa, Kerajaan Demak juga menjadi pusat
pengembangan pendidikan islam yang pada saat itu sudah tersebar ke seluruh
bagian pulau Jawa baik Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur. Penyebaran
agama Islam dengan pendidikan pada waktu itu melalui langgar, surau/madrasah,
maupun pondok pesantren. Madrasah yang tersohor pada waktu itu seperti di
Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak.
Kerajaan
Demak juga berperan sebagai benteng pertahanan Islam terhadap pengaruh-pengaruh
asing yang mengancam kelangsungan Islam di Indonesia. Dengan kata lain,
dibentuknya Kerajaan Demak didasarkan untuk mempertahankan agama Islam dan
mengembangkannya melalui instansi berbentuk kerajaan. Oleh karena itu, Kerajaan
Demak selalu gigih dalam mempertahankan agama Islam dan juga selalu gigih untuk
menaklukkan raja-raja yang masih non-muslim.
Pada
masa pemerintahan Trenggono, Islam berkembang pesat ke seluruh tanah Jawa,
bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Demikian pula penaklukan Sunda Kelapa yang
berakhir tahun 1527 dan dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di
bawah pimpinan Fadhillah Khan. Pada masanya itu pula Majapahit dan Tuban jatuh
di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Selanjutnya pada tahun 1529, Demak berhasil
menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan,
Blitar, Wirasaba, dan Kediri. Demikian pula daerah Jawa Tengah bagian selatan
sekitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka
islam, Syekh Siti Jenar dan Sunan Tembayat.
Dari
peristiwa-peristiwa sejarah di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan
Demak memiliki peran yang sangat besar. Meskipun hanya dalam waktu sekitar
setengah abad, akan tetapi Kerajaan Demak mampu untuk mempertahankan
kelangsungan agama Islam dan juga mampu untuk menyebarkan Islam di Indonesia
khususnya Pulau Jawa. Oleh karena itu, setelah mengetahui peran Kerajaan Demak,
memang sudah sepantasnya kita berterimakasih kepada Kerajaan Demak dikarenakan
jika tidak ada Kerajaan Demak maka kemungkinan besar penduduk Pulau Jawa
sekarang bukan penganut agama Islam.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh
ReplyDeleteWalisongo Adalah Utusan Khalifah Utsmaniyah
https://bogotabb.blogspot.co.id/
Sri Sultan HB X Ungkap Hubungan Khilafah Utsmaniyah dengan Tanah Jawa :
https://www.youtube.com/watch?v=L4jwAjgYqVw