Peletak Dasar Ilmu Sosial Dan Pengelompokan Disiplin Ilmu Sosial
1.1 Tokoh-tokoh letak dasar ilmu sosial
A. Ibnu khaldun
Nama lengkapnya adalah Waliuddin
Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang
kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. lahir di Tunisia pada 1 Ramadan
732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi
Islam yang hafal Al quran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun
dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang
teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam
Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori
ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah
menyebar ke mana-mana.
Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena
studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang
dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di
tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan
berbagai peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting
di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di
Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari
sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya
harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara
tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat
kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun
menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir,
hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu
balaghah, fisika dan matematika. Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai
yang sangat memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena
penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut
ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun
berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia
politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi
al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya,
Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah
periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang
penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya
yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia
revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi
Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal
Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh
De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun
pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890,
yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh
sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para
sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi
diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari
kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak
sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah
kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan
ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin
karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of
Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs”
di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan,
“Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari
tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli
sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa
Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah
muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan
masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala
sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia
menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan
ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat
primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan
politik di masyarakat.
Bab ke-dua dan ke-empat berbicara tentang gejala-gejala yang
berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh
faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat
dan ke lima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun
negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan
pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad
ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu
dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara
dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya
negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang
memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh
generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan
generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju
ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit
bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat
kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang
selalu mengawasi kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil
bahan pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal
lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan
komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang
penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia
buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui
dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar
berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun
dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar
pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun
mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman.
Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran.
Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk
syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena
itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan
pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang
lain.”
B. Ralf Dahrendorf
Istilah
ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiologi jerman dan penulis
buku class and Class Conflict in Industrial Society yang dikenal sebagai
pencetus teori konflik non marxis, merupakan suatu konsep yang ambisius untuk
mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada
aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukan
sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya diklaim oleh beberapa orang
saja sedangkan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu sosial, mungkin istilah tersebut
merupakan bentuk yang lebih tepat. Ilmu sosial mencangkup sosiologi
antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, bahkan sejarah
walaupun disatu sisinya termasuk ilmu humaniora.
Istilah
ilmu sosial tidak begitu saja dapat di terima di tengah-tengah kalangan
akademis, terutama di inggris. Sciences
Sociale dan Sozialwissenschaften
adalah istilah-istilah yang lebih mengena, meski keduanya juga membuat
“menderita” karena diinterprestasikan terlalu luas maupun terlalu sempit.
Ironisnya ilmu sosial yang dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan
sosiologi, atau hanya teori sosial
sintetis. kenyataan seperti ini dapat
kita lihat pada tahun 1982, pemerintah inggris menentang nama Social Science Research Council yang
dibiayai Negara, mereka mengusulkan kajian-kajian sosial dan akhirnya dewan itu
disebut economic and social research Council. Disatu sisi, terminologi ilmu sosial
menurut seorang sosiolog jerman yakni Ralf Dahrendorf mengemungkakan bahwa
istilah tersebut merujuk pada suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan
seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek
kemasyarakatan manusia.
C.Immanuel
Wallerstein
Pendapat
tentang ilmu-ilmu sosial lainya yang agak berbeda dikemungkakan oleh Immanuel
Wallerstein, propesa sosiologi yang terkemuka dan direktur Fernand Braudel
pusat studi ekonomi sistem-sistem sejarah dan peradaban University of New
York at Binghamton. Penulis buku Afrika : The politis (1971) : the
Capitalist wordl economy (1979) : the modern world system, 2 volks (1980) :
historical capitalism (1983) : the politics of the wordl economy (1984), dan
open the social science report of the gulbenkian commission on the
restructuring of the social science (1996). Begitu juga oleh bung hatta.
Pandangannya
tentang ilmu-ilmu sosial, tidak sepesimis Ralf Dahrendorf, namun ia pun tetap kritis terhadap pandangan-pandangan
yang menyeret ilmu sosial ke nomotetis maupun idieografis. Dengan demikian, pendekatannya
membuat dia tidak jatuh ke dalam kesalahan
kutub ektrem dari tarik ulur tersebut. Hal itu dapat diketahui dari beberapa
pertanyaannya yang dikemukakan sebagai berikut:
1. Meskipun
distingsih epistemologis antara ideosintrasi dan nomotetik nanti akan
menghilang, tetapi makna kognitifnya masih akan tetap
2. Yang
harus diupayakan adalah bagaimana caranya menerima secara serius suatu
pluralitas, berbagai pandangan dunia kedalam ilmu sosial tanpa kehilangan
pendirian bahwa ada juga kemungkinan untuk mengetahui dan mewujudkan kumpulan
nilai-nilai yang boleh jadi pada kenyataannya memang sama, atau menjadi sama
untuk semua humanitas dari pernyataan itu tampak jelas bahwa Wallerstein
tidak sama sekali meninggalkan pendekatan nomotetik.
3. Kita
sekarang tidak hanya berada pada momen dimana struktur disiplin yang ada telah
di bongkar. Kita berada pada suatu titik dimana struktur-struktur yang sedang
bersaing mencoba memperjuangankan eksistensi mereka.
Dengan
demikian Wallerstein tidak memberikan usul tunggal untuk dianut sebagai
pendekatan nomotetik atau ideografik (ideosinkratik). Sebaliknya ia
menganjurkan untuk semakin meningkatkan dialog antara kedua pendekatan tersebut
untuk ilmu-ilmu sosial, Wallerstein lebih menekankan pada suatu perilaku sosial
yang menekankan jauh melebihi kearifan secara turun temurun dan merupakan hasil
deduksi dari padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.
Menurut
Immanuel Wallerstein apa yang disebutnya
sebagai ilmu sosial adalah salah satu pewaris yang jauh melampaui
kearifan itu…. Yang telah ada atau yang telah dideduksikan semacam itu. Ilmu
sosial adalah usaha penjelajahan dunia modern. Akarnya pertama pada upaya yang
mekar sejak zaman abad keenam belas, serta merupakan bagian dan bidang
konstruksi dunia modern. Tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan sekuler
secara sistematis tentang realitas yang hendak dibuktikan secara empiris.
Penyataan
diatas jelas, bagi Wallerstein letak persamaannya dalam rumput ilmu sosial pada
aspek aksiologis, yakni kearifan yang telah berlaku secara konsisten sejak
dahulu untuk mengembangkan kepentingan pengetahuan manusia dan di buktikan
secara empiris. Tidak peduli apakah itu bersifat nomotetis generalis,
ideografis partikularistik, ataupun perpaduan antara keduanya, namun ia lebih
menganjurkan untuk semakin meningkatkan dialog antara kedua pendekatan
tersebut. Di sinilah Immanuel Wallerstein berbeda pendapat dengan Ralf
Dahrendorf bagi Wallerstein kajian ilmu sosial tampaknya lebih menekan kan pada
suatu prilaku social yang menekankan jauh melebihi kearifan secara turun
menurun dan merupakan hasil deduksi dari padatnya pengalaman hidup manusia
sepanjang zaman.
D.Max Webber (1864 – 1920)
Pemikiran
Webber cukup relevan untuk kondisi masyarakat Indonesia saat ini, dimana webber
menguraikan tentang tindakan individu arti subyektif, tipe ideal, tipe tindakan
individu stratifikasi, tipe otoritas orientasi agama. Pandangan tersebut dapat
digunakan sebagai alat analisis untuk menafsirkan pola tindakan masyarakat dewasa
ini yang cenderung “unik” dibanding dengan pola tindakan sebelum reformasi.
Sebagai diketahui ilmu sosial mempunyai perhatian pada masalah kehidupan
manusia (individu), kehidupan masyarakat dan berbagai prakonsepsi tentang disiplin
ilmu sosial akibat perhatian tersebut menghasilkan berbagai refleksi pemikiran
dari perjalanan atau pengalaman hidupnya baik yang berdimensi material maupun spiritual.
Perkembangan ilmu sosial berkaitan dengan sistem berfikir di mana teori dan
asumsi yang mendasar senang tiasa dalam kontek sejarah dan biografi.
1.2 Pengelompokan disiplin ilmu social
Sedikitnya ada 7 disiplin ilmu social yang kita kenal selama
ini menurut tradisi yang telah cukup lama, khususnya berkembang sejak abad
ke-20. Disiplin ilmu social tersebut dapat dijelaskan satu per satu sebagai
berikut di bawah ini :
Ilmu Antropologi
Para
ahli Antropologi mempelajari tentang budaya manusia. Mereka tertarik dengan
kebudayaan pra-sejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya zaman
sejarah) juga kebudayaan pada zaman modern saat ini. Mereka mengkaji kebudayaan
pada semua tingkat perkembangan teknologi, dari zaman berburu sampai zaman
pengumpulan makanan (gathering) sampai zaman bercocok tanam dan zaman industri.
Para
ahli antropologi dapat dibedakan ke dalam beberapa spesialisasi. Pertama, ahli antropologi sosial (antropologi budaya) mempelajari tentang kelompok-kelompok
manusia yang ada saat ini yang menggunakan cara hidup (misalnya budaya)
tertentu. Mereka dapat mengkaji budaya manusia tertentu dengan cara mempelajari
bagaimana bagian-bagian budaya itu bisa cocok dalam membentuk keseluruhan
budaya manusia yang bermakna, atau mereka dapat memilih dan mempelajari
sejumlah kebudayaan berdasarkan pola-pola perilaku untuk mendapatkan
”perspektif antar budaya” tentang kondisi manusia. Kedua, ahli etnografi adalah seorang ahli
antropologi yang punya spesialisasi dalam mengumpulkan informasi tentang segala
aspek budaya yang ada melalui kerja lapangan. Ketiga, ahli antropologi bahasa mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan manusia
dengan fokus kajian pada penggunaaan bahasa dalam konteks sosial.
Keempat, ahli antropologi fisik (biologi) menggunakan
teknik-teknik ilmu pengetahuan alam dalam studi makhluk hidup maupun yang sudah
berupa fosil dan primata binatang seperti monyet atau kera. Kelima, ahli arkeologi menggunakan teknik-teknik
penggalian dan analisis ilmiah sisa-sisa fisik makhluk hidup untuk
merekonstruksi cara hidup manusia yang telah musnah. Keenam, ahli primatologi meliputi ahli antropologi
yang mempelajari perilaku kelompok primata bukan makhluk manusia seperti
baboon, simpanse, dan gorilla. Tegasnya tiga spesialisasi terakhir ini lebih
menyerupai ilmu-ilmu alam daripada ilmu-ilmu sosial dalam fokus dan metode
kajiannya.
Ilmu
Ekonomi
Ilmu
ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya sumber-sumber yang dimanfaatkan
untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. Pentingnya
manajemen kelangkaan secara khusus dibagi ke dalam dua bagian; analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi.
Pembahasan ini
dimulai dengan menerapkan analisis ilmu
ekonomi (ilmu ekonomi positif) bagian yang berkaitan dengan studi
kelangkaan yang bersifat ilmiah dan pengalokasian sumber-sumber. Kebijakan ekonomi berkaitan dengan
aplikasi hasil analisis ekonomi (pengetahuan secara ilmiah) untuk memecahkan
masalah-masalah sosial. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi didasarkan pada
nilai-nilai individu yang dikaitkan dengan cara yang baik (secara moral) untuk
mengalokasikan sumber-sumber yang langka itu bagi anggota masyarakat.
Ilmu sosial
ekonomi - bagian yang berhubungan dengan analisis ekonomi- di bagi kedalam dua
bidang utama; Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro. Ahli Ekonomi Mikro mengkaji perilaku
individu-individu, persoalan rumah tangga, perusahaan, dan pasar. Para ahli ini
tertarik dengan bagaimana harga barang dan pelayanan/jasa itu ditetapkan,
bagaimana harga dapat menentukan pola produksi, dan bagaimana pola ini
ditentukan oleh pasar dan tindakan pemerintah. Ahli Ekonomi Makro mengkaji keberfungsian ekonomi secara keseluruhan.
Para ahli ini tertarik khususnya dengan pengeluaran dan pendapatan ekonomi,
tingkat pekerjaan, dan pergeseran-pergeseran dalam tingkat harga rata-rata
Ilmu Geografi
Para Ahli
Geografi mempelajari permukaan bumi dan bagaimana manusia mempengaruhi serta
dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi kedalam dua spesialisasi
pokok: geografi fisik dan geografi budaya(manusia). Para ahli
geografi fisik mengkaji aspek-aspek fisik bumi yang meliputi iklim, tanah,
sumber-sumber air, penyabaran tanaman dan binatang, dan bentuk-bentuk tanah.
Para ahli geografi budaya (ahli kependudukan= demografer) tertarik dengan
penyebaran penduduk pada suatu wilayah tertentu. Mereka bukan hanya tertarik
dengan tempat tinggal dimana mereka hidup namun juga mengapa mereka tinggal
disana, yakni faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi.
Daya tarik
utama kedua dari ahli geografi budaya adalah interaksi antara manusia dengan
lingkungan fisiknya. Mereka mengkaji bagaimana manusia memanfaatkan dan
mengubah permukaan bumi bahkan juga bagaimana permukaan bumi mempengaruhi
budaya manusia, kegiatan mencari nafkah, pola-pola perkampungan, pembangunan ekonomi,
organisasi politik, pemanfaatan sumber-sumber daya, komunikasi, dan
transportasi.
Ilmu
Sejarah
Sejarah adalah
studi tentang kehidupan manusia di masa lampau. Para sejarawan tertarik dengan
semua aspek kegiatan manusia di masa lampau; politik, hukum, militer, sosial,
keagamaan, kreativitas (seperti yang berkaitan dengan seni, musik, arsitektur
islam, literatur), keilmuan dan intelektual. Seorang sejarawan mungkin
mengkhususkan pada satu atau lebih dari aspek-aspek kegiatan manusia (sosial,
militer, seni); pada sejarah negara tertentu atau wilayah geografis (Amerika
Serikat, Afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah);pada periode waktu tertentu (Abad
Pertengahan, Zaman Keemasan Yunani, Zaman Kejayaan Islam, Abad Nuklir, Abad
Informasi); pada peristiwa-peristiwa penting (Perang Diponegoro, Perang
Kemerdekaan Indonesia, Perang Saudara di Amerika Serikat, Kelaparan di Afrika,
Revolusi Industri); atau kepribadian orang terkemuka ( Bung Karno, Bung Hatta,
Mahatma Gandhi, Julius caesar).
Ilmu
Politik
Para Ilmuwan
Politik mempelajari kebijakan umum
(public policies). Mereka tertarik dengan perkembangan dan penggunaan
kekuasaan manusia di dalam masyarakat, khususnya yang tercermin dalam
pemerintahan. Pada saat ini, para ilmuwan politik telah memperluas perhatiannya
dengan memasukkan hubungan antara kebijakan umum dan masyarakat.
Bidang
khusus ilmu politik meliputi pusat perhatiannya tentang tingkatan pemerintahan (atau organisasi politik lainnya) atau
berbagai fungsi pemerintahan. Bidang-bidang
perhatian khusus yang didasarkan pada tingkatan pemerintahan meliputi negara
dan pemerintahan daerah, pemerintahan pusat (nasional), hubungan internasional (politik
internasional). Pada setiap pemerintahan, para ilmuwan politik bisa
mengkhususkan lagi, misalnya pada satu bentuk pemerintahan nasional, seperti
monarkhi, diktator, atau demokrasi.
Bidang-bidang
kajian khusus yang didasarkan pada fungsi-fungsi pemerintahan meliputi proses
pelaksanaan badan legislatif (pembuatan undang-undang), sistem peradilan (interpretasi
undang-undang), dan proses eksekutif (pelaksanaan undang-undang). Bidang-bidang
spesialisasi tambahan meliputi kajian tentang hukum publik, perilaku politik,
dan administrasi umum.
Ilmu
Psikologi
Para ahli psikologi mempelajari perilaku
individu dan kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan
untuk meliput semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia, manusia normal
dan abnormal, individu dan kelompok, fisik dan mental dan secara instink maupun
dengan cara dipelajari. Secara tradisi para ahli psikolog telah mempelajari
tentang belajar, pertumbuhan dan perkembangan. Lapangan spesialisasi, dalam
psikologi meliputi beberapa yang berorientasi ilmu social dan lainya yang lebih
menyerupai ilmu alam. Berikut ini adalah contoh yang termasuk ilmu social. Ahli
psikologi perkembangan mengkaji semua aspek perilaku perkembangan manusia
selama rentang kehidupan, contoh yang lain ahli psikologi eksperimen
menggunakan pendekatan penelitian eksperimental untuk mempelajari perilaku
manusia secara individu.
Ilmu Sosiologi
Ahli
sosiologi mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian
utamanya adalah dalam hubungan sosial manusia – perilaku manusia seperti
diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi.
Kelompok-kelompok dapat mencakup kelompok yang terjadi secara alamiah – seperti
keluarga, para pekerja dalam organisasi, atau gerakan kerusuhan – atau
kelompok-kelompok yang di bentuk untuk tujuan mengadakan penelitian ilmiah “di
dalam laboratorium” (seperti kelompok pengambilan keputusan atau pemecahan
masalah). Institusi-institusi kepentingan
umumnya mencakup sekolah-sekolah, media massa, kelas-kelas sosial, organisasi
perusahaan, dan penjara-penjara. Perhatian para sosiolog meliputi pula
bagaimana kelompok-kelompok dan institusi-institusi berinteraksi. Para ahli
sosiologi bisa mengkhususkan dalam beberapa bidang seperti, keluarga,
kriminologi, komunikasi, pendapat umum, organisasi yang kompleks, hubungan ras
dan etnik, peranan jenis kelamin, demografi (kependudukan), pendidikan, perilaku
kelompok kecil, stratifikasi sosial, sosiologi medis, dan sosiologi bidang
pekerjaan/profesi.
BAB
III
Kesimpulan
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin
akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan
lingkungan sosialnya dengan mengunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep,
Teori) dari berbagai bidang-bidang pengetahuan ilmu sosial.
Didalam ilmu sosial terdapat tokoh-tokoh
peletak dasar ilmu sosial seperti Ibnu Khaldun, Ralf Dahrendorf, Immanuel
Wallerstein, Max Weber, dan tokoh-tokoh lainnya. Lalu terdapat pengelompokan
disiplin ilmu sosial yaitu Antropologi, Geografi, Sejarah, Ekonomi, Psikologi, Ilmu
Politik dan Sosiologi.
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat, semoga apa yang telah kami uraikan dalam makalah ini
terutama dalam tokoh-tokoh peletak ilmu sosial dasar dan pemikiran tokoh
tersebut, serta pengelompokan disiplin ilmu sosial, semoga dapat bermanfaat
bagi kami dan para pembaca. Dan tidak lupa apabila ada kesalahan baik itu dalam
penulisan ataupun dalam penguraiannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Daftar
Pustaka
·
Supardan, Dadang.
2009. pengantar ilmu sosial, Jakarta: bumi aksara.
·
Sulaeman, M. Munandar.
1995. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : PT. Eresco Bandung.
·
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/11/biografi-ibnu-khaldun-peletak-dasar.html
kereen gan
ReplyDelete