Tuesday, September 17, 2013



Peletak Dasar Ilmu Sosial Dan Pengelompokan Disiplin Ilmu Sosial



1.1 Tokoh-tokoh letak dasar ilmu sosial
A. Ibnu khaldun
Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Al quran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana.
Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika. Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Bab ke-dua dan ke-empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan ke lima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”

B. Ralf Dahrendorf
Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiologi jerman dan penulis buku class and Class Conflict in Industrial Society yang dikenal sebagai pencetus teori konflik non marxis, merupakan suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukan sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya diklaim oleh beberapa orang saja sedangkan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu sosial, mungkin istilah tersebut merupakan bentuk yang lebih tepat. Ilmu sosial mencangkup sosiologi antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, bahkan sejarah walaupun disatu sisinya termasuk ilmu humaniora.
Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat di terima di tengah-tengah kalangan akademis, terutama di inggris. Sciences Sociale dan Sozialwissenschaften adalah istilah-istilah yang lebih mengena, meski keduanya juga membuat “menderita” karena diinterprestasikan terlalu luas maupun terlalu sempit. Ironisnya ilmu sosial yang dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan sosiologi, atau  hanya teori sosial sintetis. kenyataan  seperti ini dapat kita lihat pada tahun 1982, pemerintah inggris menentang nama Social Science Research Council yang dibiayai Negara, mereka mengusulkan kajian-kajian sosial dan akhirnya dewan itu disebut economic and social research Council. Disatu sisi, terminologi ilmu sosial menurut seorang sosiolog jerman yakni Ralf Dahrendorf mengemungkakan bahwa istilah tersebut merujuk pada suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia.


C.Immanuel Wallerstein
Pendapat tentang ilmu-ilmu sosial lainya yang agak berbeda dikemungkakan oleh Immanuel Wallerstein, propesa sosiologi yang terkemuka dan direktur Fernand Braudel pusat studi ekonomi sistem-sistem sejarah dan peradaban University of New York at Binghamton. Penulis buku Afrika : The politis (1971) : the Capitalist wordl economy (1979) : the modern world system, 2 volks (1980) : historical capitalism (1983) : the politics of the wordl economy (1984), dan open the social science report of the gulbenkian commission on the restructuring of the social science (1996). Begitu juga oleh bung hatta.
Pandangannya tentang ilmu-ilmu sosial, tidak sepesimis Ralf Dahrendorf, namun  ia pun tetap kritis terhadap pandangan-pandangan yang menyeret ilmu sosial ke nomotetis maupun idieografis. Dengan demikian, pendekatannya membuat dia tidak jatuh  ke dalam kesalahan kutub ektrem dari tarik ulur tersebut. Hal itu dapat diketahui dari beberapa pertanyaannya yang dikemukakan sebagai berikut:
1.      Meskipun distingsih epistemologis antara ideosintrasi dan nomotetik nanti akan menghilang, tetapi makna kognitifnya masih akan tetap
2.      Yang harus diupayakan adalah bagaimana caranya menerima secara serius suatu pluralitas, berbagai pandangan dunia kedalam ilmu sosial tanpa kehilangan pendirian bahwa ada juga kemungkinan untuk mengetahui dan mewujudkan kumpulan nilai-nilai yang boleh jadi pada kenyataannya memang sama, atau menjadi sama untuk semua humanitas dari pernyataan itu tampak jelas bahwa Wallerstein tidak sama sekali meninggalkan pendekatan nomotetik.
3.      Kita sekarang tidak hanya berada pada momen dimana struktur disiplin yang ada telah di bongkar. Kita berada pada suatu titik dimana struktur-struktur yang sedang bersaing mencoba memperjuangankan eksistensi mereka.
Dengan demikian Wallerstein tidak memberikan usul tunggal untuk dianut sebagai pendekatan nomotetik atau ideografik (ideosinkratik). Sebaliknya ia menganjurkan untuk semakin meningkatkan dialog antara kedua pendekatan tersebut untuk ilmu-ilmu sosial, Wallerstein lebih menekankan pada suatu perilaku sosial yang menekankan jauh melebihi kearifan secara turun temurun dan merupakan hasil deduksi dari padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.
Menurut Immanuel Wallerstein apa yang disebutnya  sebagai ilmu sosial adalah salah satu pewaris yang jauh melampaui kearifan itu…. Yang telah ada atau yang telah dideduksikan semacam itu. Ilmu sosial adalah usaha penjelajahan dunia modern. Akarnya pertama pada upaya yang mekar sejak zaman abad keenam belas, serta merupakan bagian dan bidang konstruksi dunia modern. Tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan sekuler secara sistematis tentang realitas yang hendak dibuktikan secara empiris.
Penyataan diatas jelas, bagi Wallerstein letak persamaannya dalam rumput ilmu sosial pada aspek aksiologis, yakni kearifan yang telah berlaku secara konsisten sejak dahulu untuk mengembangkan kepentingan pengetahuan manusia dan di buktikan secara empiris. Tidak peduli apakah itu bersifat nomotetis generalis, ideografis partikularistik, ataupun perpaduan antara keduanya, namun ia lebih menganjurkan untuk semakin meningkatkan dialog antara kedua pendekatan tersebut. Di sinilah Immanuel Wallerstein berbeda pendapat dengan Ralf Dahrendorf bagi Wallerstein kajian ilmu sosial tampaknya lebih menekan kan pada suatu prilaku social yang menekankan jauh melebihi kearifan secara turun menurun dan merupakan hasil deduksi dari padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.

D.Max Webber (1864 – 1920)
Pemikiran Webber cukup relevan untuk kondisi masyarakat Indonesia saat ini, dimana webber menguraikan tentang tindakan individu arti subyektif, tipe ideal, tipe tindakan individu stratifikasi, tipe otoritas orientasi agama. Pandangan tersebut dapat digunakan sebagai alat analisis untuk menafsirkan pola tindakan masyarakat dewasa ini yang cenderung “unik” dibanding dengan pola tindakan sebelum reformasi. Sebagai diketahui ilmu sosial mempunyai perhatian pada masalah kehidupan manusia (individu), kehidupan masyarakat dan berbagai prakonsepsi tentang disiplin ilmu sosial akibat perhatian tersebut menghasilkan berbagai refleksi pemikiran dari perjalanan atau pengalaman hidupnya baik yang berdimensi material maupun spiritual. Perkembangan ilmu sosial berkaitan dengan sistem berfikir di mana teori dan asumsi yang mendasar senang tiasa dalam kontek sejarah dan biografi.

1.2    Pengelompokan disiplin ilmu social
Sedikitnya ada 7 disiplin ilmu social yang kita kenal selama ini menurut tradisi yang telah cukup lama, khususnya berkembang sejak abad ke-20. Disiplin ilmu social tersebut dapat dijelaskan satu per satu sebagai berikut di bawah ini :


Ilmu Antropologi
            Para ahli Antropologi mempelajari tentang budaya manusia. Mereka tertarik dengan kebudayaan pra-sejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada zaman modern saat ini. Mereka mengkaji kebudayaan pada semua tingkat perkembangan teknologi, dari zaman berburu sampai zaman pengumpulan makanan (gathering) sampai zaman bercocok tanam dan zaman industri.
            Para ahli antropologi dapat dibedakan ke dalam beberapa spesialisasi. Pertama, ahli antropologi sosial (antropologi budaya) mempelajari tentang kelompok-kelompok manusia yang ada saat ini yang menggunakan cara hidup (misalnya budaya) tertentu. Mereka dapat mengkaji budaya manusia tertentu dengan cara mempelajari bagaimana bagian-bagian budaya itu bisa cocok dalam membentuk keseluruhan budaya manusia yang bermakna, atau mereka dapat memilih dan mempelajari sejumlah kebudayaan berdasarkan pola-pola perilaku untuk mendapatkan ”perspektif antar budaya” tentang kondisi manusia. Kedua, ahli etnografi adalah seorang ahli antropologi yang punya spesialisasi dalam mengumpulkan informasi tentang segala aspek budaya yang ada melalui kerja lapangan. Ketiga, ahli antropologi bahasa mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan manusia dengan fokus kajian pada penggunaaan bahasa dalam konteks sosial.
Keempat, ahli antropologi fisik (biologi) menggunakan teknik-teknik ilmu pengetahuan alam dalam studi makhluk hidup maupun yang sudah berupa fosil dan primata binatang seperti monyet atau kera. Kelima, ahli arkeologi menggunakan teknik-teknik penggalian dan analisis ilmiah sisa-sisa fisik makhluk hidup untuk merekonstruksi cara hidup manusia yang telah musnah. Keenam, ahli primatologi meliputi ahli antropologi yang mempelajari perilaku kelompok primata bukan makhluk manusia seperti baboon, simpanse, dan gorilla. Tegasnya tiga spesialisasi terakhir ini lebih menyerupai ilmu-ilmu alam daripada ilmu-ilmu sosial dalam fokus dan metode kajiannya.

Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya sumber-sumber yang dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. Pentingnya manajemen kelangkaan secara khusus dibagi ke dalam dua bagian; analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi.
Pembahasan ini dimulai dengan menerapkan analisis ilmu ekonomi (ilmu ekonomi positif) bagian yang berkaitan dengan studi kelangkaan yang bersifat ilmiah dan pengalokasian sumber-sumber. Kebijakan ekonomi berkaitan dengan aplikasi hasil analisis ekonomi (pengetahuan secara ilmiah) untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi didasarkan pada nilai-nilai individu yang dikaitkan dengan cara yang baik (secara moral) untuk mengalokasikan sumber-sumber yang langka itu bagi anggota masyarakat.
Ilmu sosial ekonomi - bagian yang berhubungan dengan analisis ekonomi- di bagi kedalam dua bidang utama; Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro. Ahli Ekonomi Mikro mengkaji perilaku individu-individu, persoalan rumah tangga, perusahaan, dan pasar. Para ahli ini tertarik dengan bagaimana harga barang dan pelayanan/jasa itu ditetapkan, bagaimana harga dapat menentukan pola produksi, dan bagaimana pola ini ditentukan oleh pasar dan tindakan pemerintah. Ahli Ekonomi Makro mengkaji keberfungsian ekonomi secara keseluruhan. Para ahli ini tertarik khususnya dengan pengeluaran dan pendapatan ekonomi, tingkat pekerjaan, dan pergeseran-pergeseran dalam tingkat harga rata-rata

Ilmu Geografi
            Para Ahli Geografi mempelajari permukaan bumi dan bagaimana manusia mempengaruhi serta dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi kedalam dua spesialisasi pokok: geografi fisik dan geografi budaya(manusia). Para ahli geografi fisik mengkaji aspek-aspek fisik bumi yang meliputi iklim, tanah, sumber-sumber air, penyabaran tanaman dan binatang, dan bentuk-bentuk tanah. Para ahli geografi budaya (ahli kependudukan= demografer) tertarik dengan penyebaran penduduk pada suatu wilayah tertentu. Mereka bukan hanya tertarik dengan tempat tinggal dimana mereka hidup namun juga mengapa mereka tinggal disana, yakni faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi.
Daya tarik utama kedua dari ahli geografi budaya adalah interaksi antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Mereka mengkaji bagaimana manusia memanfaatkan dan mengubah permukaan bumi bahkan juga bagaimana permukaan bumi mempengaruhi budaya manusia, kegiatan mencari nafkah, pola-pola perkampungan, pembangunan ekonomi, organisasi politik, pemanfaatan sumber-sumber daya, komunikasi, dan transportasi.

Ilmu Sejarah
            Sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau. Para sejarawan tertarik dengan semua aspek kegiatan manusia di masa lampau; politik, hukum, militer, sosial, keagamaan, kreativitas (seperti yang berkaitan dengan seni, musik, arsitektur islam, literatur), keilmuan dan intelektual. Seorang sejarawan mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari aspek-aspek kegiatan manusia (sosial, militer, seni); pada sejarah negara tertentu atau wilayah geografis (Amerika Serikat, Afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah);pada periode waktu tertentu (Abad Pertengahan, Zaman Keemasan Yunani, Zaman Kejayaan Islam, Abad Nuklir, Abad Informasi); pada peristiwa-peristiwa penting (Perang Diponegoro, Perang Kemerdekaan Indonesia, Perang Saudara di Amerika Serikat, Kelaparan di Afrika, Revolusi Industri); atau kepribadian orang terkemuka ( Bung Karno, Bung Hatta, Mahatma Gandhi, Julius caesar).








Ilmu Politik
            Para Ilmuwan Politik mempelajari kebijakan umum (public policies). Mereka tertarik dengan perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia di dalam masyarakat, khususnya yang tercermin dalam pemerintahan. Pada saat ini, para ilmuwan politik telah memperluas perhatiannya dengan memasukkan hubungan antara kebijakan umum dan masyarakat.
            Bidang khusus ilmu politik meliputi pusat perhatiannya tentang tingkatan pemerintahan (atau organisasi politik lainnya) atau berbagai fungsi pemerintahan. Bidang-bidang perhatian khusus yang didasarkan pada tingkatan pemerintahan meliputi negara dan pemerintahan daerah, pemerintahan pusat (nasional), hubungan internasional (politik internasional). Pada setiap pemerintahan, para ilmuwan politik bisa mengkhususkan lagi, misalnya pada satu bentuk pemerintahan nasional, seperti monarkhi, diktator, atau demokrasi.
            Bidang-bidang kajian khusus yang didasarkan pada fungsi-fungsi pemerintahan meliputi proses pelaksanaan badan legislatif (pembuatan undang-undang), sistem peradilan (interpretasi undang-undang), dan proses eksekutif (pelaksanaan undang-undang). Bidang-bidang spesialisasi tambahan meliputi kajian tentang hukum publik, perilaku politik, dan administrasi umum.

Ilmu Psikologi
      Para ahli psikologi mempelajari perilaku individu dan kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk meliput semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia, manusia normal dan abnormal, individu dan kelompok, fisik dan mental dan secara instink maupun dengan cara dipelajari. Secara tradisi para ahli psikolog telah mempelajari tentang belajar, pertumbuhan dan perkembangan. Lapangan spesialisasi, dalam psikologi meliputi beberapa yang berorientasi ilmu social dan lainya yang lebih menyerupai ilmu alam. Berikut ini adalah contoh yang termasuk ilmu social. Ahli psikologi perkembangan mengkaji semua aspek perilaku perkembangan manusia selama rentang kehidupan, contoh yang lain ahli psikologi eksperimen menggunakan pendekatan penelitian eksperimental untuk mempelajari perilaku manusia secara individu.
Ilmu Sosiologi
            Ahli sosiologi mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah dalam hubungan sosial manusia – perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi. Kelompok-kelompok dapat mencakup kelompok yang terjadi secara alamiah – seperti keluarga, para pekerja dalam organisasi, atau gerakan kerusuhan – atau kelompok-kelompok yang di bentuk untuk tujuan mengadakan penelitian ilmiah “di dalam laboratorium” (seperti kelompok pengambilan keputusan atau pemecahan masalah). Institusi-institusi kepentingan umumnya mencakup sekolah-sekolah, media massa, kelas-kelas sosial, organisasi perusahaan, dan penjara-penjara. Perhatian para sosiolog meliputi pula bagaimana kelompok-kelompok dan institusi-institusi berinteraksi. Para ahli sosiologi bisa mengkhususkan dalam beberapa bidang seperti, keluarga, kriminologi, komunikasi, pendapat umum, organisasi yang kompleks, hubungan ras dan etnik, peranan jenis kelamin, demografi (kependudukan), pendidikan, perilaku kelompok kecil, stratifikasi sosial, sosiologi medis, dan sosiologi bidang pekerjaan/profesi.





BAB III
Kesimpulan

Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya dengan mengunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, Teori) dari berbagai bidang-bidang pengetahuan ilmu sosial.
Didalam ilmu sosial terdapat tokoh-tokoh peletak dasar ilmu sosial seperti Ibnu Khaldun, Ralf Dahrendorf, Immanuel Wallerstein, Max Weber, dan tokoh-tokoh lainnya. Lalu terdapat pengelompokan disiplin ilmu sosial yaitu Antropologi, Geografi, Sejarah, Ekonomi, Psikologi, Ilmu Politik dan Sosiologi.

 

PENUTUP

            Demikian makalah ini kami buat, semoga apa yang telah kami uraikan dalam makalah ini terutama dalam tokoh-tokoh peletak ilmu sosial dasar dan pemikiran tokoh tersebut, serta pengelompokan disiplin ilmu sosial, semoga dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Dan tidak lupa apabila ada kesalahan baik itu dalam penulisan ataupun dalam penguraiannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
 


Daftar Pustaka

·         Supardan, Dadang. 2009. pengantar ilmu sosial, Jakarta: bumi aksara.
·         Sulaeman, M. Munandar. 1995. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : PT. Eresco Bandung.
·         http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/11/biografi-ibnu-khaldun-peletak-dasar.html


1 comment: