APRESIASI MAHASISWA TERHADAP PEMILU
Apalah
arti sebuah pemilu jika tidak ada apresiasi atau keterlibatan dari yang
memiliki hak suara. Hal seperti ini terjadi pada pemira (pemilu raya) yang
dilaksanakan pada tanggal 20-22 Maret 2012 di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta kemarin. Sebuah pemira yang diharapkan mampu menciptakan kondisi kampus
yang demokratis.
Namun, hal tersebut masih belum bisa
diimbangi dengan perilaku politik para pemilik hak suara yang dalam konteks ini
adalah para mahasiswa. Yaitu, masih rendahnya kesadaran mahasiswa untuk ikut
berpartisipasi dalam pemira.
Dari data di samping, dapat kita
lihat beberapa alasan mengapa mahasiswa tidak ikut berpartisipasi dalam pemira
di Kampus UIN Jakarta. Yang pertama, karena mahasiswa cenderung bersikap masa
bodoh terhadap pemira. Bagi mereka, pendidikan akademis itu lebih penting daripada
ikut berkecimpung dalam dunia politik. Sikap mahasiswa yang tidak melek politik
atau tidak mau berpartisipasi ini sangat menghambat perkembangan demokrasi di
dalam Kampus UIN Jakarta.
Alasan lain mengapa mahasiswa tidak
ikut berpartisipasi dalam pemira adalah karena kurangnya sosialisasi yang
mereka terima. Dari masalah kurangnya sosialisasi ini, maka timbul lah
masalah-masalah lain, seperti mahasiswa menjadi tidak mengenal calon yang harus
mereka pilih dan bentroknya jadwal mahasiswa, misalnya ada beberapa mahasiswa
yang pada hari dilaksanakannya pemira tidak ikut karena pada hari yang
bersangkutan mahasiswa tersebut tidak ada jadwal kuliah/libur. Jadi, karena
mahasiswa tersebut tidak mendapat sosialisasi dan juga tidak sedang berada di
lingkungan kampus, maka mahasiswa tersebut tidak bisa ikut berpartisipasi dalam
pemira.
Uraian di atas merupakan sebagian kecil masalah dalam
mewujudkan demokrasi di Kampus UIN Jakarta. Masih banyak masalah-masalah lain
yang harus diselesaikan. Seperti masih maraknya tim sukses yang “ada main”
dalam proses pemira kemarin, misalnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
masih terdapat tim sukses yang membagi-bagikan rokok kepada mahasiswa lain
supaya memilih calon yang diminta oleh tim sukses tersebut. Oleh karena itu,
kita sebagai mahasiswa dan sebagai generasi penerus bangsa harus meningkatkan kesadaran
dalam berpolitik, minimal dari hal-hal yang paling mendasar dulu seperti pemira
ini.
Saya juga berharap untuk pemira
periode selanjutnya dan juga periode-periode seterusnya harus ada sosialisasi
yang jelas, yang dapat dilakukan melalui seminar-seminar, pengumuman di setiap
kelas, dan bisa juga melalui penyebaran pamflet, sehingga dapat menambah minat
mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses demokrasi di Kampus UIN
Jakarta tersebut. Dan bagi calon yang terpilih diharapkan mampu memberikan
perubahan kearah yang lebih baik terhadap wajah demokrasi di Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Menurut saya, wacana yang bersumbar
dari tabloid institut yang bertemakan tentang apresiasi mahasiswa terhadap
pemilu tersebut sangat menarik. Dalam wacana tersebut tercantum data-data atau
hasil survei tentang apresiasi mahasiswa terhadap pemira di Kampus UIN Jakarta.
Hal ini sangatlah menarik, karena dalam wacana tersebut kita dapat mengetahui
apa dan bagaimana apresiasi mahasiswa UIN Jakarta terhadap pemira. Dengan
membaca wacana tersebut, juga dapat kita ambil tentang kelemahan-kelemahan
pemira pada tahun ini. Kelemahan-kelemahan itulah yang diharapkan tidak
terulang lagi di penyelenggaraan pemira periode selanjutnya. Dengan kata lain,
dari kekurangan-kekurangan pada periode sekarang dapat kita pelajari dan kita
perbaiki untuk kedepannya supaya lebih baik lagi. Dengan begitu, wajah baru
demokrasi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat terwujud.
No comments:
Post a Comment