Tuesday, September 17, 2013

APRESIASI MAHASISWA TERHADAP PEMILU



APRESIASI MAHASISWA TERHADAP PEMILU
            Apalah arti sebuah pemilu jika tidak ada apresiasi atau keterlibatan dari yang memiliki hak suara. Hal seperti ini terjadi pada pemira (pemilu raya) yang dilaksanakan pada tanggal 20-22 Maret 2012 di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemarin. Sebuah pemira yang diharapkan mampu menciptakan kondisi kampus yang demokratis.
            Namun, hal tersebut masih belum bisa diimbangi dengan perilaku politik para pemilik hak suara yang dalam konteks ini adalah para mahasiswa. Yaitu, masih rendahnya kesadaran mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam pemira.
            Dari data di samping, dapat kita lihat beberapa alasan mengapa mahasiswa tidak ikut berpartisipasi dalam pemira di Kampus UIN Jakarta. Yang pertama, karena mahasiswa cenderung bersikap masa bodoh terhadap pemira. Bagi mereka, pendidikan akademis itu lebih penting daripada ikut berkecimpung dalam dunia politik. Sikap mahasiswa yang tidak melek politik atau tidak mau berpartisipasi ini sangat menghambat perkembangan demokrasi di dalam Kampus UIN Jakarta.
            Alasan lain mengapa mahasiswa tidak ikut berpartisipasi dalam pemira adalah karena kurangnya sosialisasi yang mereka terima. Dari masalah kurangnya sosialisasi ini, maka timbul lah masalah-masalah lain, seperti mahasiswa menjadi tidak mengenal calon yang harus mereka pilih dan bentroknya jadwal mahasiswa, misalnya ada beberapa mahasiswa yang pada hari dilaksanakannya pemira tidak ikut karena pada hari yang bersangkutan mahasiswa tersebut tidak ada jadwal kuliah/libur. Jadi, karena mahasiswa tersebut tidak mendapat sosialisasi dan juga tidak sedang berada di lingkungan kampus, maka mahasiswa tersebut tidak bisa ikut berpartisipasi dalam pemira.
           
             Uraian di atas  merupakan sebagian kecil masalah dalam mewujudkan demokrasi di Kampus UIN Jakarta. Masih banyak masalah-masalah lain yang harus diselesaikan. Seperti masih maraknya tim sukses yang “ada main” dalam proses pemira kemarin, misalnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan masih terdapat tim sukses yang membagi-bagikan rokok kepada mahasiswa lain supaya memilih calon yang diminta oleh tim sukses tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa dan sebagai generasi penerus bangsa harus meningkatkan kesadaran dalam berpolitik, minimal dari hal-hal yang paling mendasar dulu seperti pemira ini.
            Saya juga berharap untuk pemira periode selanjutnya dan juga periode-periode seterusnya harus ada sosialisasi yang jelas, yang dapat dilakukan melalui seminar-seminar, pengumuman di setiap kelas, dan bisa juga melalui penyebaran pamflet, sehingga dapat menambah minat mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses demokrasi di Kampus UIN Jakarta tersebut. Dan bagi calon yang terpilih diharapkan mampu memberikan perubahan kearah yang lebih baik terhadap wajah demokrasi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
            Menurut saya, wacana yang bersumbar dari tabloid institut yang bertemakan tentang apresiasi mahasiswa terhadap pemilu tersebut sangat menarik. Dalam wacana tersebut tercantum data-data atau hasil survei tentang apresiasi mahasiswa terhadap pemira di Kampus UIN Jakarta. Hal ini sangatlah menarik, karena dalam wacana tersebut kita dapat mengetahui apa dan bagaimana apresiasi mahasiswa UIN Jakarta terhadap pemira. Dengan membaca wacana tersebut, juga dapat kita ambil tentang kelemahan-kelemahan pemira pada tahun ini. Kelemahan-kelemahan itulah yang diharapkan tidak terulang lagi di penyelenggaraan pemira periode selanjutnya. Dengan kata lain, dari kekurangan-kekurangan pada periode sekarang dapat kita pelajari dan kita perbaiki untuk kedepannya supaya lebih baik lagi. Dengan begitu, wajah baru demokrasi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat terwujud.

No comments:

Post a Comment